Ejaan Yang Disempurnakan
A.
Latar
Belakang
Dalam berbahasa Indonesia, kita
sering menemui berbagai persoalan dalam masalah tata tulis naskah, baik dalam
penggunaan kata baku, istilah, tanda baca, maupun singkatan/akronim, salah satu
penyebab persoalan tersebut yaitu struktur
ejaan yang sering dikacaukan oleh proses akulturasi bahasa baik bahasa daerah
maupun bahasa asing. Pemahaman yang didapat oleh setiap individu tentang EYD pun
berbeda karena tidak adanya pedoman yang memberikan penjelasan ejaan yang baik dan
benar. Oleh karena itu, diperlukannya
penjelasan dan pemahaman yang lebih jelas tentang EYD.
B.
Rumusan
Masalah
Rumusan masalah
dari penulisan ini adalah:
1.
Bagaimana
cara penggunaan EYD yang benar pada pemakaian huruf dan kata?
2.
Bagaimana
cara penggunaan EYD yang benar pada pemakaian tanda baca dan penulisan unsur
serapan?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan
penulisan ini untuk mengetahui:
1.
Pemakaian
huruf dan kata;
2.
Pemakaian
tanda baca dan penulisan unsur serapan.
II.
PEMBAHASAN
EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan merupakan ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak
tanggal 17 Agustus 1972 berdasarkan Keputusan Presiden No.57 tahun 1972. Ejaan ini berawal dari Ejaan Van Opuysen (1901-1947)
dan Ejaan Soewandi(1947-1972). EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata
bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam
tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf kapital dan huruf miring, serta penulisan unsur
serapan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang
menyempurnakan sebuah karya tulis karena dalam sebuah karya tulis memerlukan
tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat
tulisan dengan cara yang baik dan benar. Peran EYD yakni sebagai pedoman umum
bagi para pengguna Bahasa Indonesia. Penggunaan EYD
secara baik dan benar harus mengacu pada EYD yang sesuai
dengan Undang-Undang dan Pancasila. EYD pun memiliki pengecualian, biasanya
pada penulisan judul. EYD yang digunakan saat ini adalah EYD yang telah disepakati
oleh 3 negara yakni Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.
1.
Pemakaian
huruf dan kata
·
Pemakaian
huruf
a.
Huruf Abjad
Huruf abjad yang terdapat di dalam bahasa
Indonesia adalah :
A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P,
Q, R, S, T, U, V, W, X, Y dan Z.
b.
Huruf Vokal
Huruf vokal di
dalam bahasa Indonesia adalah : a, i, u, e dan o
c.
Huruf Konsonan
Huruf konsonan
yang terdapat di dalam bahasa Indonesia adalah:
a, b, c, d, f,
g, h, i, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y dan z.
d.
Huruf Diftong
Didalam bahasa
Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
e.
Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat
gabungan huruf yang melambangkan konsonan, yaitu: kh, ng, ny, dan
sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.
f.
Huruf Kapital
ü Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata
pada awal kalimat. Misalnya: Dia membaca buku.
ü Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung dan
sapaan. Misalnya:
Orang itu menasihatiku, "Berhati-hatilah,
Nak!"
ü Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan
yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk
Tuhan. Misalnya: Islam Quran, Kristen Alkitab, Hindu Weda, Allah.
ü Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan,
keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya: Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin.
ü Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang
diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai
pengganti nama orang tertentu.
Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru,
Profesor Supomo
ü Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama
instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya: Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
ü Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang
yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya: J/K atau JK-1 joule per Kelvin, N Newton.
ü Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku
bangsa, dan bahasa.
Misalnya: bangsa Eskimo, suku Sunda, bahasa Indonesia.
ü Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan,
hari, dan hari raya.
Misalnya:
tahun Hijriah, bulan Agustus, Jumat
ü Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri
geografi dan kebudayaan. Misalnya: Asia Tenggara, Cirebon, Amerika Serikat, Danau Toba, Gunung
Semeru, Selat Lombok, Pegunungan Jayawijaya, Sungai Musi, ukiran Jepara, tari
Melayu, sarung Mandar
ü Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi
negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi,
kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Misalnya: Republik
Indonesia, Departemen Keuangan, Majelis Permusyawaratan Rakyat
ü Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk
ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan,
badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Misalnya: Perserikatan
Bangsa-Bangsa, Rancangan Undang-Undang
Kepegawaian
ü Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama
gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri. Misalnya: Dr.
(doktor), S.E. (sarjana ekonomi), Prof. (profesor), K.H. (kiai haji), Tn.
(tuan), Sdr. (saudara)
g.
Huruf Miring
ü Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku,
majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya:
majalah Bahasa dan Kesusastraan
ü
Huruf
miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian
kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya:
Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
ü Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama
ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya: 1. Nama
ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
2.
Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.
h.
Huruf
Tebal
Huruf tebal
dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi,
daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
·
Penulisan
Kata
a.
Kata
Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: 1. Ibu percaya
bahwa engkau tahu.
2. Buku itu sangat tebal.
b.
Kata
Turunan
ü Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata
dasarnya.
Misalnya: dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan
ü Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis
serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: bertepuk
tangan, garis bawahi, sebar luaskan
ü
Jika
bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus,
unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya:menggarisbawahi,
dilipatgandakan, menyebarluaskan.
ü Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi,
gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: mahasiswa, mancanegara, antarkota, dasawarsa,
ekstrakurikuler, infrastruktur, swadaya, transmigrasi.
c.
Bentuk
Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda
hubung.
Misalnya: anak-anak, hati-hati, kupu-kupu, mata-mata, ramah-tamah,
d.
Gabungan
Kata
ü Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah
khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya: orang tua, meja tulis, kereta api, rumah sakit
ü Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan
kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan
pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya: ibu-bapak kami, anak-istri saya.
ü Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya: adakalanya, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada,
kacamata, kepada, manakala, olahraga, saputangan.
e. Kata Ganti –ku, kau-, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata
yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan
di perpustakaan.
f. Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap
sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari.
g.
Kata
si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang
mengikutinya.
Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
h.
Partikel
ü Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan
kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik.
ü Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
ü Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’
ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau
mengikutinya.Misalnya: Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1
April.
i.
Singkatan
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu
huruf atau lebih.
ü Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pengkat
diikuti dengan tanda titik. Misalnya: Muh. Yamin, Suman Hs., Sukanto
S.A., S.E. (sarjana ekonomi) , Bpk. (Bapak), Sdr. (Saudara)
ü Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan
atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata
ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya:
DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), KTP
(Kartu Tanda Penduduk).
ü Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu
tanda titik. Misalnya: dll., dsb., dst.,
yth.
j.
Akronim
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan
suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang
diperlakukan sebagai kata.
ü Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata
ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya: ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), SIM (Surat
izin mengemudi).
ü Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan
huruf dan suku kata dari deret kata ditulis denganjuruf awal huruf kapital.
Misalnya: Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
ü Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata,
ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan
huruf kecil.
Misalnya: pemilu (pemilihan umum), rudal (peluru kendali)
k.
Angka
dan Lambang Bilangan
ü Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di
dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab: 0, 1,
2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9. Angka Romawi: I,
II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1000), V (5
000), M (1.000.000).
ü Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah,
apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15
ü Angka dingunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab
suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252
ü Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang
berikut. Misalnya: Paku Buwono X Paku Buwono ke-10 Paku Buwono kesepuluh.
ü Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti
cara yang berikut. Misalnya: Tahun ’50-an atau Tahun lima puluhan.
ü Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata
ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara
berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama
itu sampai tiga kali. Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang
setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara
blangko.
ü Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika
perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan
dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat. Misalnya: Lima belas orang tewas dalam
kecelakaan itu. Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
ü Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja
sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat
pinjaman 250 juta rupiah.
ü Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam
teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor
kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
ü Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya
harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75
(sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
2.
Pemakaian
Tanda Baca dan Penulisan Unsur Serapan
·
Pemakaian
Tanda Baca
a.
Tanda
Titik
ü Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau
seruan. Misalnya:
Ayahku tinggal di Solo.
ü Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau daftar.
ü Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik
yang menunjukkan waktu dan jangka waktu.
Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
1.32.20am (1 jam, 35 menit, 20 detik).
ü Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden:
Balai Pustaka.
ü Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya.
Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
ü Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan
tanggal surat atau (2) nama dan alamat pengirim surat.
Misalnya: Yth. Sdr. Moh. Hasan
Jalan Arif 43 Palembang
Kantor Penempatan Tenaga
b.
Tanda
Koma
ü Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya: Saya
membeli kertas, pena, dan tinta.
ü Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya: Saya
ingin datang, tetapi hari hujan.
ü Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya: Kalau
hari hujan, saya tidak akan datang.
ü Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan tetapi.
Misalnya: Oleh
karena itu, kita harus berhati-hati.
ü Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah,
aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:O, begitu?
ü Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain dalam kalimat.
Misalnya: Kata
Ibu,”Saya gembira sekali.”
ü Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii)
bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan
wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas
Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
ü Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa
ü Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya:
W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta:
UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
ü Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau
marga.
Misalnya: B.
Ratulangi, S.E., Ny. Khadijah, M.A.
ü Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah
dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya: 12,5
m, Rp12,50
ü Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi.
Misalnya: Guru
saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
ü Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca–di belakang
keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya: Atas
bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
c.
Tanda
Titik Koma
ü Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
ü Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung
untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja
di dapur; Adik menghapal namanama pahlawan nasional; saya sendiri asyik
mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.
d.
Tanda
Titik Dua
ü Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap
jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya: Kita
sekarang memerlukan perabot rumahtangga: kursi, meja, dan lemari.
ü Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya:
Ketua: Ahmad Wijaya
ü Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang
menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya: Ibu :
(meletakkan beberapa handuk) “Bawa handuk ini, Mir!”
ü Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman,
(ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak
judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam
karangan.
Misalnya: Surah
Yasin:9
e.
Tanda
Hubung
ü Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar dan menyambung awalan
bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata didepannya yang
terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya:
Disamping cara lama, diterapkan juga ca-
ra baru.
Kini ada cara yang baru untuk meng-
ukur panas.
ü Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
anak-anak
ü Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan
bagian-bagian tanggal.
Misalnya: p-a-n-i-t-i-a, 8-4-1973
ü Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan
bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya:
ber-evolusi; dua puluh lima-ribuan (20 5000)
ü Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata
berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka,
(iii) angka dengan -an, dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan
imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya:
se-Indonesia, hadiah ke-2, tahun 50-an.
ü Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing.
Misalnya: di-smash,
pen-tackle-an
f.
Tanda
Pisah
ü Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:Kemerdekaan
bangsa itu–saya yakin akan tercapai–diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
ü Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan
yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan
atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
ü Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti
‘sampai’.
Misalnya:
1910–1945
g.
Tanda
Tanya
ü Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya: Kapan
ia berangkat?
ü Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian
kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya.
Misalnya: Ia dilahirkan pada tahun 1683. (?)
h.
Tanda
Seru
ü Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau pun
rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
i.
Tanda
Elipsis(...)
ü Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
ü Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan……akan diteliti lebih lanjut.
Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu
dipakai empat buah titik; tiga buah unuk menandai penghilangan teks dan satu
untuk menandai akhir kalimat. Misalnya: Dalam tulisan, tanda baca harus
digunakan dengan hati-hati ....
j.
Tanda
Petik
ü Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaan
dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya: “Saya
belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
ü Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang
dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Bacalah ”Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
ü Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata
yang mempunyai arti khusus.
Misalnya: Ia bercelana
panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
ü Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan
langsung. Misalnya: Kata Tono, “Saya minta buku itu.”
ü Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang
tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus
pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya: Karena warna kulitnya, Budi
mendapat julukan “Si Hitam”.
k.
Tanda
Petik Tunggal
ü Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun dalam petikan
lain.
Misalnya: Tanya
Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
ü Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan
kata ungkapan asing. Misalnya: feed-back ‘balikan’
l.
Tanda
Kurung
ü Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor
itu.
ü Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral pokok pembicaraan.
Misalnya: Sajak
Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada
tahun 1962.
ü Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam
teks dapat dihilangkan.
Misalnya: Kata cocaine
diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
ü Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan. Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga
kerja, dan (c) modal.
m.
Tanda
Kurung Siku
ü Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di
dalam naskah asli.
Misalnya: Sang
Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
ü Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35–38] tidak
dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.
n.
Tanda
Garis Miring
ü Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada
alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya:
No. 7/PK/1973
ü Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau,
atau tiap. Misalnya: harganya
Rp150,00/lembar
o.
Tanda
Penyingkat
ü Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata
atau bagian angka tahun.
Misalnya: Ali
’kan kusurati. (‘kan = akan)
1 Januari ’88 (’88 = 1988)
·
Penulisan
Unsur Serapan
Dalam perkembangannya,
bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa
daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda,
atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia
dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum
sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle
cock, l’exploitation de l’homme par l’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam
konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.
Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah
seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk
asalnya. Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu ialah sebagai
berikut.
ü aa (Belanda)
menjadi a
contoh: octaaf oktaf
ü
ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
contoh: aerobe aerob
ü ae, jika
bervariasi dengan e, menjadi e
contoh: haemoglobin hemoglobin
ü
c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
contoh: construction konstruksi
ü
c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
contoh:
cylinder silinder
ü
cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
contoh:
accomodation akomodasi
ü
cc di muka e dan i menjadi ks
contoh:
accessory aksen
ü
cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
contoh:
charisma karisma
ü
ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
contoh:
machine mesin
ü
ch yang lafalnya c menjadi c
contoh:
check cek
ü ç (sanskerta)
menjadi s
contoh:
çastra sastra
ü
ee (Belanda) menjadi e
contoh: stratosfeer sistem
ü
gh menjadi g
contoh: sorghum
sorgum
ü
gue menjadi ge
contoh: gigue gige
ü
ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
contoh:
politiek politik
ü
oe (oi Yunani) menjadi e
contoh:
oestrogen estrogen
ü
oo (Belanda) menjadi o
contoh:
komfoor kompor
ü
oo (Inggris) menjadi u
contoh:
cartoon kartun
ü
ou menjadi u jika lafalnya u
contoh:
coupon kupon
ü
ph menjadi f
contoh:
physiology fisiologi
ü
q menjadi k
contoh:
frequency frekuensi
ü
rh menjadi r
contoh:
rhombus rombus
ü
sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
contoh:
sclerosis sklerosis
ü
sc di muka e, i, dan y menjadi s
contoh:
scenography senografi
ü
sch di muka vokal menjadi sk
contoh:
schema skema
ü
t di muka i menjadi s jika lafalnya s
contoh:
ratio rasio
ü
th menjadi t
contoh:
methode metode
ü
uu menjadi u
contoh:
prematuur prematur
ü
x pada posisi lain menjadi ks
contoh:
executive eksekutif
ü
xc di muka e dan i menjadi ks
contoh:
exception eksepsi
ü
xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
contoh:
excommunication ekskomunikasi
ü
y menjadi i jika lafalnya i
contoh:
dynamo dinamo
Konsonan ganda mejadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat
membingungkan.
Misalnya: Effect efek
III.
SIMPULAN DAN
SARAN
·
SIMPULAN
EYD digunakan untuk membuat tulisan maupun berkomunikasi dalam bahasa
Indonesia dengan cara yang baik dan benar. Peran EYD
yakni sebagai pedoman umum bagi para pengguna Bahasa Indonesia, baik itu pedoman dalam pemakaian
huruf dan kata, maupun pemakaian tanda baca dan penulisan unsur serapan.
·
SARAN
Dalam
penulisan maupun pemakaian tanda baca dalam bahasa Indonesia hendaknya mengacu
pada EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) agar sesuai dengan kaidah penulisan yang
baik dan benar dalam berbahasa Indonesia sehingga tidak terjadi kesalahan dan
kerancuan dalam penulisan maupun berkomunikasi dalam berbahasa Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Cisca. 2012. Buku Pintar EYD, Bahasa dan Sastra Indonesia. Cabe
Rawit:Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar