https://www.youtube.com/watch?v=ANS9sSJA9Yc&list=PLFgquLnL59alQ4PrI-9tZyl0Z8Bqp-RE7&index=3

Senin, 19 Desember 2016

Makalah EYD

Ejaan Yang Disempurnakan

I.            PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
             Dalam berbahasa Indonesia, kita sering menemui berbagai persoalan dalam masalah tata tulis naskah, baik dalam penggunaan kata baku, istilah, tanda baca, maupun singkatan/akronim, salah satu penyebab persoalan tersebut yaitu struktur ejaan yang sering dikacaukan oleh proses akulturasi bahasa baik bahasa daerah maupun bahasa asing. Pemahaman yang didapat oleh setiap individu tentang EYD pun berbeda karena tidak adanya pedoman yang memberikan penjelasan ejaan yang baik dan benar. Oleh karena itu, diperlukannya penjelasan dan pemahaman yang lebih jelas tentang EYD.
B.     Rumusan Masalah
Rumusan masalah dari penulisan ini adalah:
1.      Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada pemakaian huruf dan kata?
2.      Bagaimana cara penggunaan EYD yang benar pada pemakaian tanda baca dan penulisan unsur serapan?
C.     Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan ini untuk mengetahui:
1.      Pemakaian huruf dan kata;
2.      Pemakaian tanda baca dan penulisan unsur serapan.

II.            PEMBAHASAN
                  EYD atau Ejaan Yang Disempurnakan merupakan ejaan bahasa Indonesia yang berlaku sejak tanggal 17 Agustus 1972 berdasarkan Keputusan Presiden No.57 tahun 1972. Ejaan ini berawal dari Ejaan Van Opuysen (1901-1947) dan Ejaan Soewandi(1947-1972). EYD (Ejaan yang Disempurnakan) adalah tata bahasa dalam Bahasa Indonesia yang mengatur penggunaan bahasa Indonesia dalam tulisan, mulai dari pemakaian dan penulisan huruf kapital dan huruf miring, serta penulisan unsur serapan. Dalam penulisan karya ilmiah perlu adanya aturan tata bahasa yang menyempurnakan sebuah karya tulis karena dalam sebuah karya tulis memerlukan tingkat kesempurnaan yang mendetail. Singkatnya EYD digunakan untuk membuat tulisan dengan cara yang baik dan benar. Peran EYD yakni sebagai pedoman umum bagi para pengguna Bahasa Indonesia. Penggunaan EYD secara baik dan benar harus mengacu pada EYD yang sesuai dengan Undang-Undang dan Pancasila. EYD pun memiliki pengecualian, biasanya pada penulisan judul. EYD yang digunakan saat ini adalah EYD yang telah disepakati oleh 3 negara yakni Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.

1.      Pemakaian huruf dan kata
·         Pemakaian huruf
a.       Huruf Abjad
Huruf abjad yang terdapat di dalam bahasa Indonesia adalah :
A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P, Q, R, S, T, U, V, W, X, Y dan Z.
b.      Huruf Vokal
Huruf vokal di dalam bahasa Indonesia adalah : a, i, u, e dan o
c.       Huruf Konsonan
Huruf konsonan yang terdapat di dalam bahasa Indonesia adalah:
a, b, c, d, f, g, h, i, j, k, l, m, n, p, q, r, s, t, u, v, w, x, y dan z.
d.      Huruf Diftong
Didalam bahasa Indonesia terdapat diftong yang dilambangkan dengan ai, au, dan oi.
e.       Gabungan Huruf Konsonan
Di dalam bahasa Indonesia terdapat empat gabungan huruf yang melambangkan konsonan,  yaitu: kh, ng, ny, dan sy. Masing-masing melambangkan satu bunyi konsonan.


f.       Huruf Kapital
ü  Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama kata pada awal kalimat. Misalnya: Dia membaca buku.
ü  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama petikan langsung dan sapaan.  Misalnya: Orang itu menasihatiku, "Berhati-hatilah, Nak!"
ü  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam kata dan ungkapan yang berhubungan dengan agama, kitab suci, dan Tuhan, termasuk kata ganti untuk Tuhan. Misalnya: Islam Quran, Kristen Alkitab, Hindu Weda, Allah.
ü  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan, dan keagamaan yang diikuti nama orang.
Misalnya: Mahaputra Yamin, Sultan Hasanuddin.
ü  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur nama jabatan yang diikuti nama orang, nama instansi, atau nama tempat yang digunakan sebagai pengganti nama orang tertentu.
Misalnya: Wakil Presiden Adam Malik, Perdana Menteri Nehru, Profesor Supomo
ü  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama jabatan atau nama instansi yang merujuk kepada bentuk lengkapnya.
Misalnya: Sidang itu dipimpin oleh Presiden Republik Indonesia.
ü  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama singkatan nama orang yang digunakan sebagai nama jenis atau satuan ukuran.
Misalnya: J/K atau JK-1 joule per Kelvin, N Newton.
ü  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa.
Misalnya: bangsa Eskimo, suku Sunda, bahasa Indonesia.
ü  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama tahun, bulan, hari, dan hari raya.
Misalnya: tahun Hijriah, bulan Agustus, Jumat
ü  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama diri geografi dan kebudayaan. Misalnya: Asia Tenggara,  Cirebon, Amerika Serikat, Danau Toba, Gunung Semeru, Selat Lombok, Pegunungan Jayawijaya, Sungai Musi, ukiran Jepara, tari Melayu, sarung Mandar
ü  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama resmi negara, lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dan nama dokumen resmi, kecuali kata tugas, seperti dan, oleh, atau, dan untuk. Misalnya: Republik Indonesia, Departemen Keuangan, Majelis Permusyawaratan Rakyat
ü  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama lembaga resmi, lembaga ketatanegaraan, badan, dokumen resmi, dan judul karangan. Misalnya: Perserikatan Bangsa-Bangsa,  Rancangan Undang-Undang Kepegawaian
ü  Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, dan sapaan yang digunakan dengan nama diri. Misalnya: Dr. (doktor), S.E. (sarjana ekonomi), Prof. (profesor), K.H. (kiai haji), Tn. (tuan), Sdr. (saudara)
g.      Huruf Miring
ü  Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan.
Misalnya: majalah Bahasa dan Kesusastraan
ü  Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata. Misalnya: Bab ini tidak membicarakan penulisan huruf kapital.
ü  Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama ilmiah atau ungkapan asing kecuali yang telah disesuaikan ejaannya.
Misalnya:  1. Nama ilmiah buah manggis ialah Garcinia mangostana.
        2. Politik devide et impera pernah merajalela di negeri ini.



h.      Huruf Tebal
Huruf tebal dalam cetakan dipakai untuk menuliskan judul buku, bab, bagian bab, daftar isi, daftar tabel, daftar lambang, daftar pustaka, indeks, dan lampiran.
·         Penulisan Kata
a.       Kata Dasar
Kata yang berupa kata dasar ditulis sebagai satu kesatuan.
Misalnya: 1. Ibu percaya bahwa engkau tahu.
     2.  Buku itu sangat tebal.
b.      Kata Turunan
ü  Imbuhan (awalan, sisipan, akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasarnya.
Misalnya: dikelola, penetapan, menengok, mempermainkan
ü  Jika bentuk dasar berupa gabungan kata, awalan atau akhiran ditulis serangkai dengan kata yang langsung mengikuti atau mendahuluinya. Misalnya: bertepuk tangan, garis bawahi, sebar luaskan
ü  Jika bentuk dasar yang berupa gabungan kata mendapat awalan dan akhiran sekaligus, unsur gabungan kata itu ditulis serangkai. Misalnya:menggarisbawahi, dilipatgandakan, menyebarluaskan.
ü  Jika salah satu unsur gabungan kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan kata itu ditulis serangkai.
Misalnya: mahasiswa, mancanegara, antarkota, dasawarsa, ekstrakurikuler, infrastruktur, swadaya, transmigrasi.
c.       Bentuk Ulang
Bentuk ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung.
Misalnya: anak-anak, hati-hati, kupu-kupu, mata-mata, ramah-tamah,
d.      Gabungan Kata
ü  Gabungan kata yang lazim disebut kata majemuk, termasuk istilah khusus, unsur-unsurnya ditulis terpisah.
Misalnya: orang tua, meja tulis, kereta api, rumah sakit
ü  Gabungan kata, termasuk istilah khusus, yang mungkin menimbulkan kesalahan pengertian, dapat ditulis dengan tanda hubung untuk menegaskan pertalian di antara unsur yang bersangkutan.
Misalnya: ibu-bapak kami, anak-istri saya.
ü  Gabungan kata berikut ditulis serangkai.
Misalnya: adakalanya, beasiswa, belasungkawa, bumiputra, daripada, kacamata, kepada, manakala, olahraga, saputangan.
e.       Kata Ganti –ku, kau-, -mu, dan –nya
Kata ganti ku- dan kau- ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; -ku, -mu, dan –nya ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Bukuku, bukumu, dan bukunya tersimpan di perpustakaan.
f.       Kata Depan di, ke, dan dari
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata seperti kepada dan daripada.
Misalnya: Kain itu terletak di dalam lemari.
g.      Kata si dan sang
Kata si dan sang ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya.
Misalnya: Harimau itu marah sekali kepada sang Kancil.
h.      Partikel
ü  Partikel -lah, -kah, dan -tah ditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Misalnya: Bacalah buku itu baik-baik.
ü  Partikel pun ditulis terpisah dari kata yang mendahuluinya.
Misalnya: Apa pun yang dimakannya, ia tetap kurus.
ü  Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’, dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian kalimat yang mendahului atau mengikutinya.Misalnya: Pegawai negeri mendapat kenaikan gaji per 1 April.
i.        Singkatan
Singkatan ialah bentuk yang dipendekkan yang terdiri atas satu huruf atau lebih.
ü  Singkatan nama orang, nama gelar, sapaan, jabatan, atau pengkat diikuti dengan tanda titik. Misalnya: Muh. Yamin, Suman Hs., Sukanto S.A., S.E. (sarjana ekonomi) , Bpk. (Bapak), Sdr. (Saudara)
ü  Singkatan nama resmi lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, badan atau organisasi, serta nama dokumen resmi yang terdiri atas huruf awal kata ditulis dengan huruf capital dan tidak diikuti dengan tanda titik. Misalnya: DPR (Dewan Perwakilan Rakyat), PGRI (Persatuan Guru Republik Indonesia), KTP (Kartu Tanda Penduduk).
ü  Singkatan umum yang terdiri atas tiga huruf atau lebih diikuti satu tanda titik. Misalnya: dll.,  dsb., dst., yth.
j.        Akronim
Akronim ialah singkatan yang berupa gabungan huruf awal, gabungan suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata yang diperlakukan sebagai kata.
ü  Akronim nama diri yang berupa gabungan huruf awal dari deret kata ditulis seluruhnya dengan huruf kapital.
Misalnya: ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia), SIM (Surat izin mengemudi).
ü  Akronim nama diri yang berupa gabungan suku kata atau gabungan huruf dan suku kata dari deret kata ditulis denganjuruf awal huruf kapital.
Misalnya: Akabri (Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia).
ü  Akronim yang bukan nama diri yang berupa gabungan huruf, suku kata, ataupun gabungan huruf dan suku kata dari deret kata seluruhnya ditulis dengan huruf kecil.
Misalnya: pemilu (pemilihan umum), rudal (peluru kendali)
k.      Angka dan Lambang Bilangan
ü  Angka dipakai untuk menyatakan lambang bilangan atau nomor. Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi. Angka Arab: 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9.  Angka Romawi: I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1000), V (5 000), M (1.000.000).
ü  Angka lazim dipakai untuk melambangkan nomor jalan, rumah, apartemen, atau kamar pada alamat. Misalnya: Jalan Tanah Abang I No. 15
ü  Angka dingunakan juga untuk menomori bagian karangan dan ayat kitab suci. Misalnya: Bab X, Pasal 5, halaman 252
ü  Penulisan lambang bilangan tingkat dapat dilakukan dengan cara yang berikut. Misalnya: Paku Buwono X Paku Buwono ke-10 Paku Buwono kesepuluh.
ü  Penulisan lambang bilangan yang mendapat akhiran -an mengikuti cara yang berikut. Misalnya: Tahun ’50-an atau Tahun lima puluhan.
ü  Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata ditulis dengan huruf kecuali jika beberapa lambang bilangan dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian dan pemaparan. Misalnya: Amir menonton drama itu sampai tiga kali. Di antara 72 anggota yang hadir, 52 orang setuju, 15 orang tidak setuju, dan 5 orang memberikan suara blangko.
ü  Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Jika perlu, susunan kalimat diubah sehingga bilangan yang tidak dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata tidak terdapat pada awal kalimat.  Misalnya: Lima belas orang tewas dalam kecelakaan itu. Pak Darmo mengundang 250 orang tamu.
ü  Angka yang menunjukkan bilangan utuh yang besar dapat dieja sebagian supaya lebih mudah dibaca. Misalnya: Perusahaan itu baru saja mendapat pinjaman 250 juta rupiah.
ü  Bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks kecuali di dalam dokumen resmi seperti akta dan kuitansi. Misalnya: Kantor kami mempunyai dua puluh orang pegawai.
ü  Jika bilangan dilambangkan dengan angka dan huruf, penulisannya harus tepat. Misalnya: Saya lampirkan tanda terima uang sebesar Rp999,75 (sembilan ratus sembilan puluh sembilan dan tujuh puluh lima perseratus rupiah).
2.      Pemakaian Tanda Baca dan Penulisan Unsur Serapan
·         Pemakaian Tanda Baca
a.       Tanda Titik
ü  Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan. Misalnya: Ayahku tinggal di Solo.
ü  Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar, atau daftar.
ü  Tanda titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukkan waktu dan jangka waktu.
Misalnya: pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit 20 detik)
1.32.20am (1 jam, 35 menit, 20 detik).
ü  Tanda titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan tanda tanya atau tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara. Weltervreden: Balai Pustaka.
ü  Tanda titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya: Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
ü  Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat atau (2) nama dan alamat pengirim surat.
Misalnya: Yth. Sdr. Moh. Hasan
    Jalan Arif 43 Palembang
    Kantor Penempatan Tenaga
b.      Tanda Koma
ü  Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau pembilangan.
Misalnya: Saya membeli kertas, pena, dan tinta.
ü  Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat setara berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya: Saya ingin datang, tetapi hari hujan.
ü  Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya: Kalau hari hujan, saya tidak akan datang.
ü  Tanda koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi pula, meskipun begitu, dan akan tetapi.
Misalnya: Oleh karena itu, kita harus berhati-hati.
ü  Tanda koma dipakai untuk memisahkan kata seperti o, ya, wah, aduh, kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:O, begitu?
ü  Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dalam kalimat.
Misalnya: Kata Ibu,”Saya gembira sekali.”
ü  Tanda koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii) tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya: Surat-surat ini harap dialamatkan kepada Dekan Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Jalan Raya Salemba 6, Jakarta.
ü  Tanda koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar pustaka.
Misalnya: Alisjahbana, Sutan Takdir. 1949. Tatabahasa
ü  Tanda koma dipakai di antara bagian-bagian dalam catatan kaki.
Misalnya: W.J.S. Poerwadarminta, Bahasa Indonesia untuk Karang-mengarang (Yogyakarta: UP Indonesia, 1967), hlm. 4.
ü  Tanda koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya: B. Ratulangi, S.E., Ny. Khadijah, M.A.
ü  Tanda koma dipakai di muka angka persepuluhan atau di antara rupiah dan sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya: 12,5 m, Rp12,50
ü  Tanda koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya: Guru saya, Pak Ahmad, pandai sekali.
ü  Tanda koma dapat dipakai–untuk menghindari salah baca–di belakang keterangan yang terdapat pada awal kalimat.
Misalnya: Atas bantuan Agus, Karyadi mengucapkan terima kasih.
c.       Tanda Titik Koma
ü  Tanda titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis dan setara.
Misalnya: Malam makin larut; pekerjaan belum selesai juga.
ü  Tanda titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya: Ayah mengurus tanamannya di kebun itu; Ibu sibuk bekerja di dapur; Adik menghapal namanama pahlawan nasional; saya sendiri asyik mendengarkan siaran “Pilihan Pendengar”.
d.      Tanda Titik Dua
ü  Tanda titik dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian atau pemerian.
Misalnya: Kita sekarang memerlukan perabot rumahtangga: kursi, meja, dan lemari.
ü  Tanda titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya: Ketua: Ahmad Wijaya
ü  Tanda titik dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam percakapan.
Misalnya: Ibu : (meletakkan beberapa handuk) “Bawa handuk ini, Mir!”
ü  Tanda titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara bab dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya: Surah Yasin:9

e.       Tanda Hubung
ü  Tanda hubung menyambung suku-suku kata dasar dan menyambung awalan bagian kata di belakangnya atau akhiran dengan bagian kata didepannya yang terpisah oleh pergantian baris.
Misalnya: Disamping cara lama, diterapkan juga ca-
               ra baru.
               Kini ada cara yang baru untuk meng-
               ukur panas.
ü  Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya: anak-anak
ü  Tanda hubung menyambung huruf kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian tanggal.
Misalnya:   p-a-n-i-t-i-a, 8-4-1973
ü  Tanda hubung boleh dipakai untuk memperjelas (i) hubungan bagian-bagian kata atau ungkapan, dan (ii) penghilangan bagian kelompok kata.
Misalnya: ber-evolusi; dua puluh lima-ribuan (20 5000)
ü  Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan (i) se- dengan kata berikutnya yang dimulai dengan huruf kapital, (ii) ke- dengan angka, (iii) angka dengan -an, dan (iv) singkatan berhuruf kapital dengan imbuhan atau kata, dan (v) nama jabatan rangkap.
Misalnya: se-Indonesia, hadiah ke-2, tahun 50-an.
ü  Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa asing.
Misalnya: di-smash, pen-tackle-an
f.       Tanda Pisah
ü  Tanda pisah membatasi penyisipan kata atau kalimat yang memberi penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:Kemerdekaan bangsa itu–saya yakin akan tercapai–diperjuangkan oleh bangsa itu sendiri.
ü  Tanda pisah menegaskan adanya keterangan aposisi atau keterangan yang lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya: Rangkaian temuan ini–evolusi, teori kenisbian, dan kini juga pembelahan atom–telah mengubah konsepsi kita tentang alam semesta.
ü  Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tanggal dengan arti ‘sampai’.
Misalnya: 1910–1945
g.      Tanda Tanya
ü  Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya: Kapan ia berangkat?
ü  Tanda tanya dipakai di dalam tanda kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan atau yang kurang dapat dibuktikan kebenarannya. Misalnya: Ia dilahirkan pada tahun 1683. (?)
h.      Tanda Seru
ü  Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan, atau pun rasa emosi yang kuat.
Misalnya: Alangkah seramnya peristiwa itu!
i.        Tanda Elipsis(...)
ü  Tanda elipsis dipakai dalam kalimat yang terputus-putus.
Misalnya: Kalau begitu ... ya, marilah kita bergerak.
ü  Tanda elipsis menunjukkan bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada bagian yang dihilangkan.
Misalnya: Sebab-sebab kemerosotan……akan diteliti lebih lanjut.
Catatan: Jika bagian yang dihilangkan mengakhiri sebuah kalimat, perlu dipakai empat buah titik; tiga buah unuk menandai penghilangan teks dan satu untuk menandai akhir kalimat. Misalnya: Dalam tulisan, tanda baca harus digunakan dengan hati-hati ....
j.        Tanda Petik
ü  Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaan dan naskah atau bahan tertulis lain.
Misalnya: “Saya belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
ü  Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya: Bacalah ”Bola Lampu” dalam buku Dari Suatu Masa, dari Suatu Tempat.
ü  Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti khusus.
Misalnya: Ia bercelana panjang yang di kalangan remaja dikenal dengan nama “cutbrai”.
ü  Tanda petik penutup mengikuti tanda baca yang mengakhiri petikan langsung. Misalnya: Kata Tono, “Saya minta buku itu.”
ü  Tanda baca penutup kalimat atau bagian kalimat ditempatkan di belakang tanda petik yang mengapit kata atau ungkapan yang dipakai dengan arti khusus pada ujung kalimat atau bagian kalimat. Misalnya: Karena warna kulitnya, Budi mendapat julukan “Si Hitam”.
k.      Tanda Petik Tunggal
ü  Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun dalam petikan lain.
Misalnya: Tanya Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
ü  Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata ungkapan asing. Misalnya: feed-back ‘balikan’
l.        Tanda Kurung
ü  Tanda kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya: Bagian Perencanaan sudah selesai menyusun DIK (Daftar Isian Kegiatan) kantor itu.
ü  Tanda kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok pembicaraan.
Misalnya: Sajak Tranggono yang berjudul “Ubud” (nama tempat yang terkenal di Bali) ditulis pada tahun 1962.
ü  Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat dihilangkan.
Misalnya: Kata cocaine diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
ü  Tanda kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan. Misalnya: Faktor produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
m.    Tanda Kurung Siku
ü  Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai koreksi atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah asli.
Misalnya: Sang Sapurba men[d]engar bunyi gemerisik.
ü  Tanda kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda kurung.
Misalnya: Persamaan kedua proses ini (perbedaannya [lihat halaman 35–38] tidak dibicarakan) perlu dibentangkan di sini.
n.      Tanda Garis Miring
ü  Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim. Misalnya: No. 7/PK/1973
ü  Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata dan, atau, atau tiap. Misalnya: harganya Rp150,00/lembar
o.      Tanda Penyingkat
ü  Tanda penyingkat atau apostrof menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka tahun.
Misalnya: Ali ’kan kusurati. (‘kan = akan)
                 1 Januari ’88 (’88 = 1988)

·         Penulisan Unsur Serapan
      Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia menyerap unsur dari pelbagai bahasa lain, baik dari bahasa daerah maupun dari bahasa asing seperti Sanskerta, Arab, Portugis, Belanda, atau Inggris. Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar. Pertama, unsur pinjaman yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle cock, l’exploitation de l’homme par l’homme. Unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing. Kedua, unsur pinjaman yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia. Dalam hal ini diusahakan agar ejaannya hanya diubah seperlunya sehingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya. Kaidah ejaan yang berlaku bagi unsur serapan itu ialah sebagai berikut.
ü  aa (Belanda) menjadi a
contoh: octaaf              oktaf
ü  ae tetap ae jika tidak bervariasi dengan e
contoh: aerobe                          aerob
ü  ae, jika bervariasi dengan e, menjadi e
contoh: haemoglobin                hemoglobin
ü  c di muka a, u, o, dan konsonan menjadi k
contoh: construction                 konstruksi
ü  c di muka e, i, oe, dan y menjadi s
             contoh: cylinder                      silinder
ü  cc di muka o, u, dan konsonan menjadi k
             contoh: accomodation                        akomodasi
ü  cc di muka e dan i menjadi ks
             contoh: accessory                    aksen
ü  cch dan ch di muka a, o, dan konsonan menjadi k
             contoh: charisma                     karisma
ü  ch yang lafalnya s atau sy menjadi s
             contoh: machine                      mesin
ü  ch yang lafalnya c menjadi c
             contoh: check                          cek
ü  ç (sanskerta) menjadi s
             contoh: çastra                          sastra
ü  ee (Belanda) menjadi e
contoh: stratosfeer                    sistem
ü  gh menjadi g
contoh: sorghum                       sorgum
ü  gue menjadi ge
contoh: gigue                            gige
ü  ie (Belanda) menjadi i jika lafalnya i
             contoh: politiek                       politik
ü  oe (oi Yunani) menjadi e
             contoh: oestrogen                   estrogen
ü  oo (Belanda) menjadi o
             contoh: komfoor                     kompor
ü  oo (Inggris) menjadi u
             contoh: cartoon                                   kartun
ü  ou menjadi u jika lafalnya u
             contoh: coupon                                   kupon
ü  ph menjadi f
             contoh: physiology                 fisiologi
ü  q menjadi k
             contoh: frequency                   frekuensi
ü  rh menjadi r
             contoh: rhombus                     rombus
ü  sc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi sk
             contoh: sclerosis                      sklerosis
ü  sc di muka e, i, dan y menjadi s
             contoh: scenography               senografi
ü  sch di muka vokal menjadi sk
             contoh: schema                                   skema
ü  t di muka i menjadi s jika lafalnya s
             contoh: ratio                            rasio
ü  th menjadi t
             contoh: methode                     metode
ü  uu menjadi u
             contoh: prematuur                   prematur
ü  x pada posisi lain menjadi ks
             contoh: executive                    eksekutif
ü  xc di muka e dan i menjadi ks
             contoh: exception                    eksepsi
ü  xc di muka a, o, u, dan konsonan menjadi ksk
             contoh: excommunication       ekskomunikasi
ü  y menjadi i jika lafalnya i
             contoh: dynamo                      dinamo

Konsonan ganda mejadi konsonan tunggal kecuali kalau dapat membingungkan.
Misalnya:  Effect                                   efek





















III.            SIMPULAN DAN SARAN
·         SIMPULAN
EYD digunakan untuk membuat tulisan maupun berkomunikasi  dalam bahasa Indonesia dengan cara yang baik dan benar. Peran EYD yakni sebagai pedoman umum bagi para pengguna Bahasa Indonesia, baik itu pedoman dalam pemakaian huruf dan kata, maupun pemakaian tanda baca dan penulisan unsur serapan.

·         SARAN
Dalam penulisan maupun pemakaian tanda baca dalam bahasa Indonesia hendaknya mengacu pada EYD (Ejaan Yang Disempurnakan) agar sesuai dengan kaidah penulisan yang baik dan benar dalam berbahasa Indonesia sehingga tidak terjadi kesalahan dan kerancuan dalam penulisan maupun berkomunikasi dalam berbahasa Indonesia.

















                                     DAFTAR PUSTAKA

Cisca. 2012. Buku Pintar EYD, Bahasa dan Sastra Indonesia. Cabe Rawit:Yogyakarta.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar